Sejumlah Lembaga/Komunitas Dan Poltekpar Makassar Siap Sukseskan Kegiatan 114 Hari Gotong Royong Kebudayaan Sipakatau

SejumlahLembagaKomunitasDanPoltekparMakassarSiapSukseskanKegiatan114HariGotongRoyongKebudayaanSipakatau

iTimes - Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Makassar mendukung sepenuhnya kegiatan Gotong Royong Gerakan Kebudayaan dari Sulawesi “Sipakatau” yang akan berlangsung di Sulawesi Selatan selama 114 hari, dari 31 Juli hingga 11 November 2022.

Dukungan tersebut dalam bentuk fasilitas serta kolaborasi yang terkait dengan Pendidikan yang berkaitan dengan jurusan jurusan yang ada di Poltekpar Makassar, Kata Direktur Poltekpar, Drs Muh Arifin, MPd, CHE dan Kepala Unit Kerjasama Poltekpar Dr Syamsu Rijal, MPd, CHE saat membicarakan dukungan Poltekpar kepada Ketua Panitia dan Pemrakarsa Gerakan Kebudayaan Sulawesi “Sipakatau”, Dr Halilintar Latief dan Ketua Devisi Publikasi dan Umum “Sipakatau”, Fredrich Kuen Daeng Narang, MSi di Kampus Poltekpar di Makassar, Senin.

Menurut Arifin dan Syamsu Rijal secara terpisah, Poltekpar akan mendukung penyediaan sarana dan prasarana seperti ruangan seminar, aula, tempat pameran benda budaya dan foto, theatre dan fasilitasnya, ruang terbuka dan berbagai fasilitas yang dimiliki oleh kampus Poltekpar di Kawasan Tanjung Bunga Makassar.

Selain itu, juga akan melibatkan mahasiswa Poltekpar untuk “men-support” pada semua kegiatan Gotong Royong Gerakan Kebudayaan Sulawesi “Sipakatau” yang berkaitan dengan program studi mereka sebagai upaya keterlibatan langsung Poltekpar Makassar ikut melestarikan kebudayaan Sulawesi “Sipakatau” yang diharapkan akan berlangsung secara rutin tiap tahun.

Silahkan panitia “Sipakatau” komunikasikan kebutuhan yang memungkinkan berkolaborasi dengan Poltekpar dalam upaya mensukseskan kegiatan tersebut, sekaligus melestarikan budaya dan segala pendukungnya agar tetap lestari, ucap Syamsu Rijal.

Baca Juga : Bupati Gowa Beri Rewards Puluhan Atlet Setelah Dapat Juara II Umum POPDA Sulsel

Halilintar Latief menyambut positif atas dukungan Poltekpar Makassar dan menjelaskan bahwa, “Sipakatau” berasal dari Bahasa Bugis dan Makassar yang berarti saling memuliakan manusia.

Gerakan budaya “Sipakatau” ini membopong nilai luhur gotong royong, kesetiakawanan, rela berkorban untuk bangsa dan negara. Ini sebagai suatu strategi penting agar masyarakat umum sadar penuh soal siapa dan apa kita sebagai Indonesia, dan kemana kita akan menuju maju bagi negeri tercinta.

Selain itu akan semakin “memperteguh komitmen persatuan dan kesatuan” sebagai bangsa yang “mewarisi nilai-nilai budaya”.

Ruang-ruang sosial yang tercipta dalam gerakan ini sekaligus dapat dijadikan arena strategis pembentukan “karakter bangsa” memperteguh jatidiri sambil merawat keberagaman. Karena itu, “Sipakatau” juga adalah wadah dalam “promosi toleransi” dan mendorong tradisi budaya sebagai pelopor dalam menyongsong masa depan yang lebih baik, ujarnya.

“Sipakatau” akan menciptakan ruang perjumpaan yang memberikan interaksi budaya antara generasi dan berbagai strata sosial yang saling memperkaya, memperkuat, dan mampu melahirkan budaya baru yang inklusif. Peristiwa ini dapat menjadi model mekanisme integrasi nasional Indonesia secara empiris berdasarkan pada suara-suara otentik warga negara Indonesia dari berbagai status sosial melalui seni dan budaya, ujarnya.

Baca Juga : Tingkatkan Ekonomi Kreatif, Masyarakat Akan Lakukan Gerakan Kebudayaan 'Sipakatau'

Model integrasi kebangsaan ini dapat juga menjadi upaya yang sangat pantas untuk turut “meningkatkan citra bangsa”, dan bahkan dapat berkontribusi ke arah perkembangan peradaban dunia yang damai dan harmonis, sehingga sekaligus mengembang amanat untuk menjadikan “kebudayaan sebagai haluan pembangunan nasional”.

Dia menambahkan, kegiatan utama dalam membangun monumen ingatan kebangsaan ini antara lain adalah: Mattompang (pencucian keris), Abbattireng ri Polipukku (turunan pahlawan untuk negeriku/hari pahlawan), jejak pahlawan, dan reka ulang kejadian pemakaman kembali “Robert Wolter Mongisidi” setelah ditembak mati.

Kegiatan utama lainnya adalah ”Paliliq Bate-bate” (Arakan bendera-bendera pusaka) akan berkeliling ke 23 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan serta Parade Bendera Pusaka Hari Sumpah Pemuda di Leang-leang Maros. Pada Peringatan Sumpah Pemuda tersebut akan digelar pula konser “Suara Purba” karya Otto Sidarta, dan deklarasi kebudayaan.

Selain itu, berbagai peristiwa budaya penting dilakukan di beberapa tempat; misalnya, Bajeng Fair 2022 (1-14/08/2022), Hari Bahari (28/08/2022), Hari Tari Sulawesi I, Pelantikan MAKN Maros, berbagai upacara tradisi dan inovasi, ziarah, Pidato Kebudayaan, Doa Kebangsaan, Kongres Kebudayaan Sulsel III, Pertemuan adat, Pagelaran Bhinneka Tunggalan Ika (setiap tanggal 28), Workshop Seni Bela Negara, berbagai Lomba seni (poster, puisi, fotografi, video), Pameran Ekonomi Kreatif di Benteng Somba opu Makassar, dan lainnya, ujar Halilintar.

Baca Juga : Indonesia dan Inggris Sepakat Perkuat Kerja Sama Bidang Energi Baru Terbarukan

Fredrich menambahkan, peristiwa-peristiwa dalam “Gerakan Kebudayaan” ini melibatkan partisipasi aktif berbagai kalangan lintas generasi, lintas iman, lintas suku, dan beda status sosial. Berbagai profesi dan golongan tersebut adalah tokoh agama dari enam agama resmi, tokoh masyarakat, pemangku adat dan kerajaan, tokoh adat, budayawan, seniman, penggerak kebudayaan se sulawesi, sejarawan, arkeolog, antropolog, tenaga medis, pengemudi ojek online dan taxi, para guru, siswa, mahasiswa, dan pemuda.

Mereka semua akan terlibat secara pribadi maupun secara organisasi sejak dari persiapan, pelaksanaan, hingga pasca gerakan. Kontribusi berbagai profesi lintas usia dalam aneka kegiatan bersama dilakukan secara gotong royong dan transparan. 

Beberapa lembaga/komunitas pelaku budaya yang telah siap berkontribusi secara langsung antara lain, RAS (Rachim Assagaf Foundation), Badik Celebes, Latar Nusa, LAPAR (Lembaga Advokasi Anak rakyat) Sulsel, Lesbumi (Lembaga Seni Budaya NU) Sulsel, Lembaga Seni Budaya Muhammadiyah, Fatayat, Gusdurian, Pemuda Anshor, Walhi, Walubi, Pambudhi, INTI, OASE, Aliansi Perdamaian, AJI, MARSI (Majelis Agung Raja Sultan Indonesia), FSKN (Farum Silarturahim Kraton Nusantara), MAKN, Majelis Turunan Tumanurung, Lembaga Adat Sanrobone,

Selain itu, Yayasan Jole-jolea, Lembaga Adat Karangta Data, Lembaga Adat Marusu, Lembaga Adat Simbang, Lembaga Adat Tanralili, Lembaga Adat Siang, Ika Dipo, Forum Kerajaan & Kekeluargaan Adat se Sulawesi, Komunitas Kajang, Komunitas Bissu (Bone, Wajo, Pangkep), Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Sulsel, Forum Bela Negara, Forum Pemaju Budaya Sulawesi, ABRI, POLRI, KSN Sehati, Gammara, Organisasi Penyandang Disibilitas Sulsel, LBH Makassar, berbagai organisasi kampus (Badan Eksekutif Mahasiswa, Unit Kesenian Mahasiswa, Osis, Palang Merah Remaja, Pramuka dan lainnya, ujar Fredrich. (FK/MK).

(Tim Network News

Previous Post Next Post