![]() |
Ket : Tudang Sipulung PERWIRA–LPMT: Jalan Bersama Menuju Tata Kelola Adat Berbasis Nilai Leluhur |
iTimes - Gau Maraja Leang-Leang Maros 2025 menjadi momentum penting bagi Perkumpulan Wija Raja La Patau Matanna Tikka (PERWIRA–LPMT) dalam menyelenggarakan Tudang Sipulung, sebuah forum musyawarah budaya yang mempertemukan berbagai trah raja, pemangku adat, dan tokoh kebudayaan dari seantero Nusantara.
Bertempat di Aula Kantor Bupati Maros, kegiatan ini berlangsung dalam dua sesi, pagi dan siang, mengangkat tema:
“Merajut Jejak, Menyemai Makna: Inisiatif Kolaboratif Menuju Tata Kelola Kebudayaan Daerah.”
Forum ini dihadiri oleh tokoh adat, akademisi, serta perwakilan trah dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Kalimantan Barat, dan berbagai daerah lain yang memiliki keterkaitan historis dengan La Patau Matanna Tikka. Para peserta hadir membawa semangat lintas generasi untuk memperkuat jejaring kebudayaan Nusantara.
Dalam sambutannya, Bupati Maros, H.A.S. Chaidir Syam, S.IP., M.H., menegaskan:
“Tudang Sipulung ini bukan sekadar mengenang leluhur, tetapi menjadi gerakan nyata untuk merancang masa depan budaya daerah. Pemerintah Kabupaten Maros mendukung penuh agar nilai-nilai luhur ini terintegrasi dalam tata kelola dan kebijakan pembangunan.
Baca Juga : Waspada, Presiden Prabowo Sebut Pihak Asing Biayai LSM Untuk Adu Domba di Indonesia
Sesi pagi diisi dengan dialog interaktif yang menghadirkan tokoh nasional dan daerah, antara lain Ketua Umum PERWIRA–LPMT Andi Safry Pammulu, Ph.D., Prof. Dr. Isnunandar dari Kementerian, perwakilan Dinas Kebudayaan Provinsi Sulsel, akademisi FIB Unhas, serta para ketua lembaga adat dan seni se-Sulsel. Diskusi difokuskan pada penyusunan rancangan Peraturan Daerah (Perda) pemajuan kebudayaan dan mekanisme kolaborasi antar lembaga adat.
Sesi siang dilanjutkan dengan pemaparan sejarah PERWIRA–LPMT oleh Ketua Umum, refleksi budaya dari berbagai trah, serta pembahasan internal terkait AD/ART organisasi dan rencana pelaksanaan Gau Maraja La Patau Matanna Tikka berikutnya.
Salah satu suara penting yang turut hadir adalah Arung Dg. Bundu, Tetta Kampong Trah Buluttana Tinggimoncong, sekaligus pendiri Yayasan Lembaga Adat Ulu Kanayya Ri Bawakaraeng, yang menyampaikan:
“Tudang Sipulung ini adalah titik balik. Sebagai anak cucu trah dataran tinggi Gowa, kami memandang ini sebagai panggilan untuk menyatukan kembali sulur-sulur adat yang lama sempat terputus. Harapan kami, Gau Maraja atau Tudang Sipulung ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga kebangkitan sistem nilai dan tata kelola adat yang merangkul generasi muda.”
Kegiatan ini juga menjadi ruang ekspresi dan pengakuan terhadap keberadaan entitas-entitas adat lokal di wilayah Maros yang selama ini telah menjaga dan merawat tradisi secara konsisten. Di antaranya: Todolimayya, Gallarang Appaka, Lebbo Tengae, serta berbagai Kekaraengan yang masih eksis hingga kini, seperti:
Baca Juga : Putra Daerah Soroti Rencana Relokasi Pasar Cekkeng Kasuara: “Jangan Putus Mata Rantai Kehidupan Rakyat Kecil”
- Kekaraengan Turikale
- Karaeng Marusu
- Kekaraengan Bontoa
- Kekaraengan Simbang
- Kekaraengan Lau
- Kekaraengan Tanralili
- Karaeng Tangkuru
Turut hadir pula pemangku adat dari wilayah-wilayah bangsawan seperti:
- Arung Mallawa
- Arung Cenrana
- Arung Camba / Cempa
- Sulewatang / Arung Labuaja
- Arung Wanua Waru
- Arung Gattarang Matinggi
- Kekaraengan Balocci
Dari kawasan pesisir dan urban, hadir pula perwakilan seperti:
- Gallarang Moncongloe
- Gallarang Bira
- Gallarang Biringkanaya
- Gallarang Sudiang
Semua entitas ini menjadi bukti bahwa kekerabatan trah yang ada di Maros tidak terputus dengan jaringan kebudayaan Gowa, Bone, Luwu, Mandar, Melayu, Arab, Jawa, serta berbagai komunitas adat dan budaya Bugis-Makassar lainnya. Komitmen bersama ditegaskan untuk menjaga persaudaraan adat, memperkuat kolaborasi pelestarian sejarah, dan menanamkan kembali nilai-nilai leluhur dalam kehidupan masyarakat modern.
Forum ditutup dengan penetapan bahwa Gau Maraja Bone 2026 akan menjadi agenda budaya berikutnya. Tudang Sipulung ini menandai langkah nyata menuju penguatan PERWIRA–LPMT sebagai simpul silaturahim budaya tingkat nasional.
Tonton Video Lainnya