Anjal Dan Gepeng Makin Menjamur Dengan Cara Baru

Anjal Dan Gepeng Makin Menjamur Dengan Cara Baru
Ket : Contoh Potret Anak Jalanan

iTimes - Anak jalanan (anjal) dan Gelandang Pengemis (gepeng) hingga kini masih menjadi persoalan yang sulit dituntaskan karena telah dijadikan sebagai mata pencaharian oleh sebagian orang.

Terlebih di masa pandemi jumlahnya kian menjamur di mana-mana, Utamanya anjal karena berdampak pada langsung kepada pelaku usaha kecil selama masa pandemi ini.

Tak jarang banyak kita jumpai di sepanjang jalan protokol utama yang ada di Kota Makassar, Utamanya Di Lampu merah dan Belokan, Dianggap sangat meresahkan warga pengguna jalan. 

Salah satu warga pengguna jalan merasa sangat mengganggu utamanya, saat di persimpangan lampu merah dan belokan. 

"Yang bikin macet biasanya itu yang anak-anak yang tahan mobil untuk kasih lewat mobil lainnya dengan harapan dapat uang dari si pengemudi, di tambah lagi kadang di lampu merah sudah banyak yang sudah stanby untuk bersihkan mobil dengan kemoceng," Beber Sabir Sang Pengemudi Mobil (25/03/2022). 

Baca Juga : Kementrian Perindustrian RI : Kota Makassar Raih Peringkat 2 Nasional Pada Acara Business Matching

Selain itu persoalan utama sulitnya memberantas anjal dan gepeng adalah akibat kemurahan hati masyarakat yang terus memberi mereka sumbangan.

"Ada juga yang kadang sampai dia bawah anak kecilnya dengan menenteng semacam kayak penggalangan dana, kita juga tidak enak jika tidak memberi seadanya karena faktor kasihan," Tambahnya. 

Disisi lain meraknya bermunculan diketahui karena penghasilan anak jalanan (anjal), gelandangan dan pengemis (gepeng) di Makassar bisa mencapai Rp. 300 ribu per hari.

Jika dihitung dalam sebulan bisa mencapai Rp. 9 juta, Angka yang cukup tinggi. 

Dari informasi yang dihimpun nantinya akan dibuat aplikasi “Agangku" untuk melaporkan aktivitas PMKS yang ditemukan di Makassar.

Ket : Contoh Potret Gelandang Dan Pengemis


Namun itu baru tahap pengembangan, untuk sementara bisa menghubungi 112.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Sosial Makassar Aulia Arsyad, Dia menyebut, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) tersebut menyewa kos-kosan untuk menjalankan profesinya itu.

Kebanyakan PMKS itu ramai ditemukan di persimpangan jalan utama, seperti di Persimpangan Lima Mandai, Sudiang, Kecamatan Biringkanaya.

“Sebab di daerah sana (Mandai) ada kos-kosan Rp. 150 ribu per bulan. Sedangkan anjal kadang Rp. 300 ribu dia dapat per hari,” ujarnya (22/03/2022). 

Anehnya lagi, Bahkan ada juga yang ditemukan mengantongi Handphone yang harganya cukup lumayan mahal serta ada yang menggunakan motor NMAX, Hal itu didapatkan Dinas Sosial ketika menjemput anaknya.

Baca Juga : Sungguh Tragis!!!, Rumahnya Dirampas Lantaran Dia Seorang Yatim Piatu

Para PMKS ini tidak hanya berasal dari Makassar sendiri, tapi juga ada yang berasal dari luar Kota Makassar seperti Kabupaten Maros dan Gowa.

Untuk wilayah Makassar, kata dia, ada yang berasal dari Pampang, Kecamatan Panakkukang dan Maricaya

“Rata-rata anjalnya di kota Makassar, Kalau sekarang ini kayak kemarin kita tangani lima dewasa, anak-anak lima. Itu semua warga Makassar,” jelasnya.

Sejauh ini kata Aulia selama tiga bulan di tahun 2022, sudah 21 PMKS yang telah ditertibkan.

Yang harus dioptimalkan kata dia adalah Peraturan Daerah No 2 tahun 2008 tentang pembinaan anjal dan gepeng.

Apalagi PMKS yang terjaring hanya ditampung di Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC) selama tiga hari, lalu dilepas kembali.

Yang menjadi solusi untuk penanganan PMKS menurutnya adalah dengan diperadakannya lingkungan pondok sosial (liposos).

“Sebelum ada liposos, kita memang setengah mati, Kalau ada liposos disana kita bisa bina berbulan-bulan, Jadi sebenarnya optimal perda yang harus dioptimalkan,” jelasnya.

Dia berharap keterlibatan semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) bisa bersama-sama mengatasi hal tersebut, termasuk juga Camat, lurah hingga Ketua RT/RW. (*/Red) 

(Tim Network News) 

Previous Post Next Post